Bencana banjir bandang terjadi di Masamba, Kabupaten Luwu Utara pada Selasa, (14/07/2020). Berdasarkan data Pusat Pengendalian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 4.930 keluarga di enam kecamatan terdampak banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Tercatat 13 orang tewas dan 46 orang hilang di terjang banjir.
Menyikapi adanya banjir bandang, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Makassar, Mustari mengatakan sebanyak 14 orang tim Basarnas Makassar, 6 orang dari Basarnas Palopo, serta 6 orang dari Basarnas Bone dikerahkan untuk membantu mengevakuasi warga di Masamba.
Terdapat 6 kecamatan yang ikut terdampak yaitu Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat. Banjir dipicu karena intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan sungai Masamba, Rongkang dan Sungai Rada meluap.
Baca: Cara Mengatasi Rasa Enggak Enakkan, Kamu Bisa Kok
Selain itu, pemicu banjir bandang juga terjadi karena adanya pembukaan lahan. Di mana topografi di Sulawesi Selatan berupa perbukitan dan pegunungan. Pembukaan lahan menyebabkan tanah menjadi rentan terkena erosi.
Terbukanya lahan menyebabkan proses erosi semakin tinggi dan menghadirkan tumpukan material sedimen yang semakin besar mengisi saluran sungai dan terendapkan pada dasar sungai. Banjir terjadi akibat ketidakmampuan sungai untuk mengakomodasi volume air yang mengalir dan menyebabkan air meluap.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah IV Makassar mengungkapkan bahwa dalam dua hari terakhir di Kabupaten Luwu Utara intensitas curah hujan sedang lebat, berkisar 20 hingga lebih 50 ml per hari.
Kejadian hujan lebat di wilayah Luwu Utara dipengaruhi oleh suhu muka laut yang hangat di Teluk Bone. selain itu terdapat kenvergensi atau belokan angin di wilayah Sulawesi Selatan yang meicu terbentuknya awan Cumulonimbus yang mengakibatkan adanya hujan lebat.
Sebelumnya bencana banjir bandang juga terjadi di wilayah Kabupaten Luwu pada Kamis (9/7). Terdapat 2.970 keluarga yang terdampak banjir di enam kecamatan.
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan angkat bicara dengan menyarankan adanya normalisasi sungai dengan melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang. Serta untuk wilayah kehutanan perlu sisir di hulu, alih fungsi lahan dan penebangan perlu diintervensi baik pengawasan yang ketat maupun penataan dan penghijauan kembali. Hal ini sebagai upaya mencegah terjadinya banjir.