Bullying atau perundungan bukan sekadar ejekan ringan.
Ia adalah tindakan kekerasan psikologis, fisik, atau sosial yang bisa meninggalkan luka mendalam bukan hanya di tubuh, tapi juga di hati dan pikiran korban.
Sayangnya, banyak yang masih menganggapnya “candaan”, “bumbu kehidupan sekolah”, atau bahkan “ujian mental”.
Padahal, bullying adalah bentuk kekerasan yang nyata dan berbahaya.

Apa Itu Bullying?
Bullying adalah tindakan menyakiti orang lain secara sengaja dan berulang-ulang, baik dengan kata-kata, sikap, atau perbuatan.
Biasanya terjadi karena adanya ketidakseimbangan kekuasaan misalnya, pelaku merasa lebih kuat, lebih populer, atau lebih disegani dari korban.
Bentuk-bentuk bullying bisa bermacam-macam:
-
Fisik: memukul, menendang, mendorong, atau merusak barang milik orang lain.
-
Verbal: mengejek, menghina, memaki, memberi julukan buruk, atau mengancam.
-
Sosial: mengucilkan, menyebar gosip, mempermalukan di depan umum.
-
Siber (Cyberbullying): menghina lewat media sosial, menyebarkan foto/video pribadi tanpa izin, atau membuat konten untuk mempermalukan seseorang.
Dampak Bullying Tidak Main-Main
Bullying bukan cuma membuat seseorang menangis hari itu, tapi bisa menghancurkan rasa percaya diri dan semangat hidupnya untuk waktu yang lama.
Beberapa dampak serius bullying antara lain:
-
Trauma emosional dan stres berkepanjangan.
-
Menurunnya prestasi belajar.
-
Sulit percaya pada orang lain.
-
Menarik diri dari lingkungan sosial.
-
Bahkan dalam kasus berat, korban bisa mengalami depresi hingga keinginan untuk mengakhiri hidup.
Yang lebih berbahaya, pelaku bullying pun bisa ikut rusak masa depannya terbiasa kasar, kehilangan empati, dan sulit membangun hubungan yang sehat.
Kenapa Bullying Bisa Terjadi?
Ada banyak faktor yang mendorong munculnya perilaku bullying:
-
Kurangnya empati dan kontrol emosi.
-
Lingkungan yang permisif atau ikut membiarkan.
-
Ingin menunjukkan kekuasaan atau popularitas.
-
Pernah menjadi korban sebelumnya dan ingin “balas dendam”.
-
Kurangnya perhatian dan komunikasi di rumah.
Bullying tumbuh subur di tempat di mana diam dianggap aman dan berani membela dianggap cari masalah.
Padahal, diam justru membuat pelaku merasa tindakannya benar.
Cara Mencegah dan Menghentikan Bullying
-
Mulai dari diri sendiri.
Jangan ikut menertawakan atau menyebarkan hal yang mempermalukan orang lain. -
Berani bersuara.
Jika melihat teman dibully, jangan diam.
Laporkan ke guru, wali kelas, atau orang dewasa yang dipercaya. -
Bangun empati di lingkungan sekolah.
Jadikan sekolah tempat yang aman dan menyenangkan bagi semua. -
Orang tua perlu hadir.
Dengarkan anak tanpa menghakimi, karena korban sering takut bercerita. -
Gunakan media sosial dengan bijak.
Jangan jadi penyebar kebencian. Kata-kata online bisa sama tajamnya dengan tindakan fisik.
Penutup: Semua Orang Berhak Merasa Aman
Tidak ada alasan yang membenarkan bullying baik karena penampilan, status sosial, nilai sekolah, atau hal lainnya.
Setiap anak, setiap orang, berhak untuk dihormati, dihargai, dan merasa aman.
Mari kita hentikan budaya diam.
Kalau kamu bukan bagian dari solusi, kamu bisa jadi bagian dari masalah.
Mulailah dari hal kecil: pilih untuk bersikap baik, karena satu tindakan empati bisa menyelamatkan satu jiwa.
