Dampak Algoritma Media Sosial terhadap Tren dan Persepsi Anak Muda
Pernah nggak sih kamu merasa kayak semua orang di media sosial tiba-tiba ngomongin hal yang sama? Entah itu outfit ala “clean girl”, lagu yang viral di TikTok, atau tren “healing” ke tempat yang sama. Padahal kalau dipikir-pikir, siapa sih yang pertama kali mulai? Nah, di balik semua itu ada satu hal yang bekerja diam-diam tapi super kuat: algoritma media sosial.
Algoritma ini yang menentukan apa yang kamu lihat, siapa yang muncul di beranda, bahkan mungkin bagaimana kamu berpikir. Kedengarannya keren tapi juga agak ngeri, kan? Yuk, kita bahas bareng gimana sebenarnya algoritma bisa memengaruhi tren dan persepsi anak muda zaman sekarang.
Baca Juga: Rahasia di Baliknya Konten Lokal, Viral Global

1. Algoritma: Otak di Balik Layar yang Mengatur Segalanya
Setiap kali kamu nge-like, share, atau nonton video sampai habis, platform media sosial “merekam” perilakumu. Data itu lalu dipakai algoritma untuk memprediksi apa yang kamu suka.
Misalnya kamu sering nonton video outfit streetwear, TikTok atau Instagram bakal kasihmu konten serupa lagi dan lagi. Akhirnya, kamu merasa gaya itu sedang “booming”, padahal bisa jadi cuma kamu dan beberapa orang di lingkaran algoritmamu yang sering lihat itu.
Dampaknya? Tren bisa terasa seperti gelombang besar padahal aslinya cuma “gelembung kecil” yang dikuatkan sistem rekomendasi. Media sosial nggak cuma menampilkan dunia, tapi menciptakan versi dunia yang disesuaikan dengan kamu.
2. Dari Tren ke Persepsi: Saat Algoritma Mulai Membentuk Cara Pandang
Tanpa sadar, algoritma juga bisa membentuk persepsi anak muda tentang banyak hal dari gaya hidup, standar kecantikan, sampai pandangan politik.
Misalnya, kalau kamu sering lihat konten “body goals”, otakmu bisa mulai percaya kalau itu standar normal. Atau kalau kamu terus disuguhi video motivasi sukses usia muda, kamu bisa merasa gagal kalau belum punya pencapaian besar di umur 20-an.
Padahal, algoritma tidak memilih konten karena benar atau salah, tapi karena bikin kamu betah scroll lebih lama. Itu sebabnya, kita perlu sadar bahwa yang kita lihat di media sosial bukanlah kebenaran mutlak, tapi hasil penyaringan sistem yang ingin mempertahankan perhatian kita.
3. Efek Domino: Saat Tren Online Menular ke Dunia Nyata
Yang menarik (dan agak mengkhawatirkan), apa yang viral di dunia digital sering langsung menular ke dunia nyata. Dari outfit, gaya bicara, bahkan pilihan karier semuanya bisa dipengaruhi oleh konten yang sering muncul di feed kita.
Contohnya, tren “work from café” atau “soft girl aesthetic” bukan cuma gaya online, tapi jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak yang akhirnya mengikuti tren bukan karena suka, tapi karena takut ketinggalan (FOMO).
Inilah dampak paling besar dari algoritma: ia mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia nyata.
4. Bisa Nggak Sih Kita Ngelawan Algoritma?
Nggak harus “melawan” sih, tapi kita bisa lebih bijak dalam menghadapinya.
Mulai dari hal kecil: follow akun yang beragam, jangan cuma yang sejalan dengan pandanganmu. Kadang, keluar sebentar dari “gelembung algoritma” bisa bikin pikiran lebih terbuka.
Selain itu, penting juga buat sadar kapan kamu benar-benar butuh hiburan dan kapan algoritma sedang “mengendalikan” waktu kamu tanpa sadar.
Yuk, Jadi Pengguna yang Sadar, Bukan Sekadar Penonton
Media sosial bukan musuh, tapi alat. Algoritma bukan hal jahat, tapi sistem yang butuh disadari cara kerjanya.
Kita tetap bisa menikmati tren dan konten viral asal tetap sadar kalau nggak semua yang ramai itu harus kita ikuti.
Yuk, mulai dari sekarang, gunakan media sosial dengan lebih bijak, pilih apa yang mau kamu konsumsi, dan jangan biarkan algoritma yang menentukan siapa dirimu.
#gayahidup #fromnetizen #literasidigita
